Sistem ekskresi pada hewan merupakan proses pengeluaran zat-zat yang sudah tidak berguna lagi bagi tubuh hewan itu sendiri. Ada beberapa sistem ekskresi pada hewan mulai dari cacing tanah (annelida), ikan (pisces), serangga (insekta), katak (amphibi), reptil, dan burung (aves).
1. Sistem Ekskresi pada Hewan (Cacing Tanah atau Annelida)
|
Sistem Ekskresi pada Hewan (Cacing Tanah) |
Cacing tanah memiliki alat ekskresi
berupa Nefridium, setiap nefridium memiliki corong yang terbuka dan
bersilia yang disebut Nefrostom. Mekanismenya sistem ekskresi pada hewan
khususnya cacing tanah yakni nefrostom yang terdapat di dalam rongga
tubuh dan terisi penuh dengan cairan, cairan yang diambil oleh nefrostom
tersebut kemudian masuk ke dalam nefridia, di dalam nefridia terjadi
Reabsorpsi atau penyerapan kembali cairan yang masih bermanfaat. Cairan
yang sudah tidak bermanfaat lagi akan di keluarkan melalui Nefridiofor.
2. Sistem Ekskresi pada Ikan (Pisces)
Alat ekskresi yang menyusun sistem ekskresi pada hewan
dalam hal ini ikan atau pisces meliputi insang dan ginjal. Ginjal
mengekskresikan urin dan insang mengekskresikan karbon dioksida. Dalam
sistem ekskresi ini, antara ikan air tawar dan ikan air larut agak
berbeda. Pada ikan air tawar, air yang masuk lebih banyak sehingga urin
yang dikeluarkan mengandung amonia dan urin encer. Glomerulus pada
ginjal lebih banyak sehingga terjadi penyaringan sisa metabolisme dengan
cepat.
|
Sistem Ekskresi pada Ikan |
Sedangkan pada ikan air laut, urin
yang dikeluarkan lebih sedikit dan mengandung urea, karena hidup di
lingkungan dengan kadar garam tinggi, banyak minum air. Glomerulus yang
ada sedikit sehingga proses penyangga berjalan lambat.
3. Sistem Ekskresi pada Serangga (Insekta)
|
Sistem Ekskresi pada Serangga |
Alat ekskresi yang dimiliki serangga
berupa tubulus malpighi. Tubulus malpighi terdapat didalam hemosoel dan
tergenang darah. Lubang ekskresi tidak langsung keluar dari tubuh,
tetapi sel-sel tubulus zat-zat hasil metabolisme dan meneruskan masuk ke
lumer tubulus, dan diserap kembali. Hal ini menyebabkan kadar air
turun, maka asam urat mengendap. Tubulus malpighi menuju usus dan di
usus air banyak diabsorpsi. Asam urat keluar bersama feses, sehingga
belalang dapat membuang limbah nitrogen dan tidak harus kehilangan
banyak air.
4. Sistem Ekskresi pada Hewan (Katak atau Amphibi)
|
Sistem Ekskresi pada Hewan (Katak atau Amphibi) |
Alat ekskresi utama pada katak
adalah sepasang ginjal (opistonefros) yang terletak dikanan dan kiri
tulang belakang. Warnanya merah kecoklatan, bentuknya memanjang dari
depan ke belakang. Zat sisa yang diambil oleh ginjal akan disalurkan
melalui ureter menuju ke kantong kemih yang berupa kantong berdinding
tipis yang terbentuk dari tonjolan dinding kloaka. Fungsinya untuk
menyimpan urine sementara. Pada katak jantan, saluran ginjal dan saluran
kelaminnya menyatu, sedangkan pada katak betina tidak.
5. Sistem Ekskresi pada Hewan (Reptil)
|
Reptil |
Alat ekskresi pada reptil berupa
ginjal (metanefros) yang sudah berkembang sejak masa fase embrio. Ginjal
ini dihubungkan oleh saluran ke kantung kemih dan langsung bermuara ke
kloaka. Selain ginjal, pada reptil memiliki kelenjar kulit yang
menghasilkan asam urat tertentu yang berguna untuk mengusir musuh.
6. Sistem Ekskresi pada Burung atau Aves
|
Burung atau Aves |
Alat ekskresi pada burung terdiri
dari ginjal (metanefros), paru-paru dan kulit. Burung memiliki sepasang
ginjal yang berwarna coklat. Saluran ekskresi terdiri dari ginjal yang
menyatu dengan saluran kelamin pada bagian akhir usus (kloaka). Burung
mengekskresikan zat berupa asam urat dan garam. Kelebihan kelarutan
garam akan mengalir ke rongga hidung dan keluar melalui nares (lubang
hidung). Burung hampir tidak memiliki kelenjar kulit, tetapi memiliki
kelenjar minyak yang terdapat pada tunggingnya. Kelenjar minyak berguna
untuk meminyaki bulu-bulunya.